Selasa, 16 Juni 2015

0
2528

16-Juni-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XI (H)

Santa Yulita dan Cyriacus; Santa Lutgardis; Santo Yohanes Fransiskus Regis

Bacaan I: 2Kor. 8:1-9

Mazmur: 146:2.5-6.7-8-9a; R:2a

Injil: Mat. 5:43-48

Dalam kotbah di bukit, Yesus bersabda: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Renungan

“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang membenci kamu”. Perintah Yesus ini merupakan salah sastu bagian penting dari kotbah di bukit. Ketika Yesus menuntut kita untuk mengasihi musuh tentulah Dia tidak bermaksud supaya kita bisa mengasihi musuh sama seperti kita mengasihi orang tua, anak-anak, kekasih kita. Di dalam mengasihi orang tua, anak-anak, dan kekasih, kasih itu muncul secara spontan. Tetapi jenis kasih seperti itu tidak akan muncul ketika kita mengasihi musuh. Di dalam mengasihi musuh, dibutuhkan determinasi dan kehendak yang kuat karena cinta seperti itu tidak akan muncul secara spontan.

Mencintai seseorang dengan cinta seperti itu bukanlah perkara gampang. Namun, Yesus menuntut setiap orang Kristen untuk bisa mengasihi orang lain dengan cinta seperti itu. Alasannya sederhana saja, yakni supaya kita menjadi serupa dengan Allah. Sebagaimana Allah memancarkan sinar matahari dan menurunkan hujan bagi orang baik dan jahat, demikian pula perbuatan baik kita hendaknya terarah kepada semua orang entah mereka baik atau jahat. Sebab, kalau kita hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, maka tidak ada nilai lebihnya karena orang yang tidak beragama pun berbuat demikian.

Tuhan, dengan kemampuanku sendiri aku tidak mampu mencintai orang-orang yang tidak berkenan di hatiku. Sanggupkanlah aku mencintai sesama tanpa membeda-bedakan. Amin.

 

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here