Menjadi pria masalah kelahiran, tapi menjadi pria sejati masalah pilihan

1
6353

Panitia, Fasilitator dan Peserta Camp Pria Sejati Katolik    Angkatan IV Foto bersama, Minggu 15- 2- 2015 (1) (1)

Setelah santap siang bersama sembilan puluhan pria, dengan kaos biru kehitaman bertuliskan Catholic Men’s Ministry di dada kiri, bersama isteri, anak-anak dan orangtua mereka memasuki aula utama Biara SVD Noemeto, Dekenat Kefamenanu, Timor, guna mengikuti Misa Penutupan Camp Pria Sejati Katolik Angkatan IV Tingkat Keuskupan Atambua, yang berlangsung sejak 12 hingga 15 Februari 2015.

Misa Camp Pria Sejati Katolik, yang mendapat dukungan penuh dari Komisi Keluarga Keuskupan Atambua, dipimpin oleh Pastor Pieter Bataona SVD dengan konselebran Pastor Hironimus SVD, Pastor Kristo Oki Pr dan Pastor Yerem Nahak Pr, dan dimeriahkan dengan koor anak-anak Bina Vokalia.

Dalam pengantar, Pastor Bataona mengatakan bahwa menjadi laki-laki adalah masalah kelahiran, “tetapi menjadi pria sejati adalah masalah pilihan.” Juga ditegaskan, segala sesuatu diciptakan Tuhan dengan tujuannya. “Pria yang maksimal adalah pria yang mampu memimpin isteri dan anak-anaknya.”

Berbicara tentang bacaan tentang orang kusta yang disembuhkan Yesus dari Injil Markus 1:40-45, imam itu mengajak peserta merefleksikan suasana dikucilkan dari keluarga, isteri, mertua dan anak-anak, serta lingkungan, kelompok, atau masyarakat karena menderita penyakit. “Itu sungguh merupakan kepahitan dalam hidup kita!”

Bolehkah penyakit itu disembuhkan? Pastor Bataona menjawab. “Boleh! Inilah proses penyembuhan.” Pintu keluar yang disediakan Tuhan, menurut imam itu, adalah bertekad menjadi manusia baru, meninggalkan masa lalu, “supaya keluarga dan rumah tangga saya tidak hancur dan retak berantakan.”

Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Atambua Suster Fridolin SSpS menyatakan bahwa komisi keluarga mendukung seratus persen camp itu, guna “mengurangi broken home dan angka perceraian dalam rumah tangga Katolik.”

Suster berharap agar panitia bersama fasilitator dan pemateri dari Keuskupan Surabaya dan Keuskupan Agung Semarang senantiasa mendukung dan memotivasi keluarga-keluarga Katolik di sana. “Untuk melanjutkan karya Tuhan, tidak selamanya harus uskup, pastor, suster, bruder dan frater. Saat ini Gereja membutuhkan peranserta awam,” kata suster itu.

Yohanes Dae, Direktur Bank NTT Cabang Kefamenanu, mengikuti camp itu karena menyadari dirinya manusia rapuh. “Apalagi pekerjaan saya bersentuhan langsung dengan uang. Saya tidak mau hanya karena uang, saya bermasalah. Saya mau berserah diri dalam tangan dan kuasa Tuhan. Apalah artinya harta kekayaan, jika batin terganggu sepanjang hidup? Hidup ini sungguh berarti.”

Dia pun bertekad akan meminta stafnya yang beragama Katolik untuk mengikuti camp angkatan selanjutnya, “supaya rumah tangga mereka tidak berantakan dan wajah Gereja Katolik tetap memancarkan wajah yang sebenarnya.”

Dia mengakui, tantangan terberat yang sedang dialami Gereja Katolik adalah perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. “Untuk kita para bro (sebutan untuk peserta dan panitia camp, red), tugas kita belum berakhir. Ini tugas kita. Bukan tugas kami atau tugas kamu. Bro, hidup ini sungguh berarti.”

Peserta Camp Pria Sejati Katolik Angkatan IV Tingkat Keuskupan Atambua itu berasal dari Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, Malaka, Kupang, Kota Kupang dan Alor. Camp Angkatan V akan dilaksanakan Agustus 2015 di Atambua. (Felixianus Ali)

 

 

 

1 komentar

  1. saya merasa bahagia dengan “pria sejati katolik” khususnya Biara SVD Noemeto, Dekenat Kefamenanu, Timor, guna mengikuti Misa Penutupan Camp Pria Sejati Katolik Angkatan VI Tingkat Keuskupan Atambua, yang berlangsung sejak 23 hingga 24 september 2016. karena selma saya mengikuti Camp pria sejati katolik disana, sehinga aku pulan ke timor leste, saya benar2 bahagia dgn keluarga saya..trima kasih banayk ke pada “Tuhan Yesus Kristus”.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here