Diharapkan semua umat Katolik memilih sebagai bentuk tanggungjawab

0
3296

artworks-000070705956-xnjfnr-t200x200

Dalam konteks tahun politik, tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2014 Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) “Dipilih Untuk Melayani” dikaitkan dengan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden yang akan dilaksanakan tahun 2014.

“Diharapkan semua umat Katolik menggunakan hak pilihnya sebagai bentuk tanggungjawab sebagai warga negara yang baik. Kita memilih dengan cerdas dan menurut suara hati calon-calon yang jelas akan melayani kepentingan atau kebaikan bersama, bukan yang lain.”

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengatakan hal itu dalam Surat Gembala Prapaskah 2014 yang dibacakan di paroki-paroki sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1-2 Maret 2014.

Mgr Suharyo berharap agar mereka yang akan terpilih tidak menggantikan Pancasila dengan mamon dan agar “mereka terdorong oleh kekhawatiran yang melahirkan kepedulian dan kemurahan hati, bukan kekhawatiran yang melahirkan keserakahan.”

Sementara itu, uskup agung itu menegaskan, umat Katolik perlu yakin bahwa status mereka sebagai warga negara Indonesia adalah juga pilihan dan panggilan. “Keyakinan ini akan mendorong kita semua untuk  semakin menyadari bahwa kita merupakan bagian dari suatu Bangsa dan Negara, yaitu Indonesia. Kita hidup di alam Indonesia sebagai satu bangsa, menggunakan satu bahasa pemersatu walaupun kita berbeda satu sama lain.”

Sebagai bangsa, lanjut Mgr Suharyo, bangsa Indonesia dipersatukan oleh sejarah yang sama dan cita-cita yang sama. “Kita juga tahu bahwa cita-cita bangsa Indonesia termuat dalam kelima sila Pancasila. Oleh karena itu setiap bentuk kegiatan atau pelayanan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila yang amat mulia dan luhur, pastilah juga merupakan bentuk perwujudan iman kita.”

Surat gembala itu juga menyinggung pesan Paus Fransiskus untuk Masa Prapaskah berjudul “Ia telah menjadi miskin supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (Bdk 2 Kor 8:9).

Menurut Paus, kata Mgr Suharyo, selain kemiskinan material, berkembang juga di jaman ini kemiskinan moral dan kemiskinan spiritual. “Miskin material berarti tidak terpenuhinya hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Miskin moral berarti menjadi budak dosa. Miskin spiritual berarti meninggalkan Allah dan mengabdi mamon serta kawan-kawannya.”

Dalam ketiga lapangan kemiskinan itu, uskup agung yang juga ketua KWI itu mengundang umatnya untuk menjadi “hamba-hamba Kristus dan pengurus rahasia Allah” (1 Kor 4:1), artinya menjadi saksi-saksi kekayaan Kristus yang seluruh hidup-Nya dijalani demi keselamatan manusia seutuhnya dan kemuliaan Allah.

Selain berterima kasih atas semua peran berbeda dalam mengembangkan KAJ, Mgr Suharyo mengajak umatnya untuk melihat rentetan bencana alam yang datang bertubi-tubi. “Bencana alam ini seringkali terkait erat dengan bencana moral seperti keserakahan, korupsi, kebohongan publik, rekayasa politik kekuasaan yang pasti tak kalah mengkhawatirkan dan membahayakan negara dan bangsa,” kata uskup.

Namun, dari bacaan tanggal 1-2 Maret 2014, “Janganlah khawatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah khawatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai,” (Mat 6:25) uskup agung itu bertanya, “Bagaimanakah Sabda Tuhan ini kita mengerti? Bukankah hidup kita senantiasa diwarnai dengan kekhawatiran? Bukankah kekhawatiran itu merupakan tanda kepedulian kita terhadap persoalan hidup?”

Pengungsi, kata Uskup Agung Jakarta yang juga administrator apostolik Keuskupan Bandung itu, mengkhawatirkan masa depan hidup mereka. “Kita pun mengkhawatirkan mereka dan juga masa depan kita sendiri dan anak-anak kita. Kita khawatir akan kemiskinan yang semakin meningkat, kejahatan yang merajalela, moralitas yang semakin rendah. Kita khawatir akan krisis kemanusiaan, krisis kepemimpinan, dan krisis-krisis yang lain, termasuk krisis ekologi yang mengancam lingkungan hidup kita.”

Kekhawatiran semacam itu, tegas Mgr Suharyo, “merupakan akibat dari sikap peduli yang berasal dari Tuhan yang menyentuh hati kita, menggugah keprihatinan, dan mendorong kita untuk melakukan sesuatu.” (paul c. pati)

Mgr-Ignatius-Suharyo-Hardjoatmodjo-Pilkada-DKI-Jakarta-2012 foto dari Mingguan HIDUP

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here