Kerukunan antarumat beragama diberkahi kalau hubungan kepercayaan terus dibangun

0
2081

Bedah Buku

Kalau kita tetap berpegang teguh kepada Tuhan dan terus membangun hubungan kepercayaan yang harmonis dengan sesama, maka kerukunan hidup antarumat beragama selalu saja diberkati dari masa ke masa.

Tokoh Katolik dan pakar etika politik Sekolah Tinggi Filsafat Diyarkara, Jakarta, Pastor Franz Magnis Suseno SJ mengatakan hal itu dalam bedah buku dan seminar nasional yang diselenggarakan Fakultas Filsafat Agama Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang atau Seminari Tinggi Santo Mikhael di Aula Utama Unwira Kupang, 9 November 2013.

Sayangnya, kata imam itu, nilai luhur itu kerap kali dinodai oleh aneka kepentingan dari pihak tertentu dan gangguan dari kelompok radikal fundamentalis yang masih dialami agama-agama mana pun untuk merusak kerukunan antaragama.

Makna iman Kristiani, menurut Pastor Magnis, “tidak hanya dipandang sebagai pencarian akan kebenaran semata, melainkan merupakan cerminan kekuatan iman yang tertuju pada penghayatan akan kasih.”

Selain Pastor Magnis Suseno tampil juga Muhammad Sobari dan Keren Cambell-Nelson sebagai pembicara dan Norbertus Jegalus sebagai moderator. Buku yang dibedah oleh empat doktor itu adalah “Agama-Agama dan Dialog Antaragama dalam Pandangan Kristen” yang ditulis oleh Pastor Herman Punda Panda Pr, Praeses Seminari Tinggi Santo Mikhael Kupang.

Pastor Herman Punda Panda menyadari betapa penting dan bermanfaat dialog antarumat beragama dalam kehidupan dewasa ini yang sarat dengan berbagai kepentingan. “Komunikasi yang baik antarumat beragama dilakukan untuk membangun relasi yang pada akhirnya akan menciptakan kehidupan yang saling membantu antarsesama umat beragama,” ujar doktor itu.

Juga disinggung dialog teologi yang sangat penting guna meluruskan persepsi-persepsi keliru oleh beberapa orang tentang ajaran agama tertentu. “Banyak konflik antaragama terjadi hanya karena persepsi yang keliru terhadap ajaran suatu  agama,” kata Pastor Punda Panda.

Acara itu dimeriahkan dengan paduan suara dari para frater seminari Santo Mikhael yang membawakan lagu berjudul “Perahu Retak,” lagu yang menggambarkan sekaligus melambangkan  keretakan dan konflik hubungan  antarumat beragama.***

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here