Mahasiswa asal Kalbar bicarakan dialog dan perdamaian di daerahnya

0
2339

Jangkar Nusantara

Puluhan mahasiswa asal Kalimantan Barat serta beberapa mahasiswa lain yang tertarik dengan isu keadilan dan perdamaian mengikuti dialog bertema “Justice and Peace for West Borneo” yang digelar oleh Jangkar Nusantara bekerja sama dengan Sekretariat Bersama Mahasiswa dan Pelajar Kalimantan Barat di Yogyakarta JC Oevaang Oeraay.

Dialog bersama wakil rakyat yang membicarakan peran mahasiswa daerah dalam mewujudkan keadilan dan perdamaian di lingkungan mereka itu menampilkan Dr Lukas Ispandriarno MA. Dia memandu serta mendorong peserta untuk melihat isu keadilan yang ada di daerah Kalimantan Barat secara lebih jeli.

Dekan FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu menggugah kesadaran kritis peserta dan sesekali peserta tampak emosional mengungkap isu-isu ketidakadilan yang terjadi di Kalimantan Barat. Isu perkebunan sawit hingga tambang yang kontras dengan kesejahteraan masyarakat di pedalaman ikut diangkat dalam pembicaraan.

Dialog yang berlangsung di Syantikara Youth Centre, 13 September 2013, mengajak peserta berefleksi melalui film dokumentasi “Di Batas Merah Putih: Elegi Borneo,” mengenai tinjauan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalimantan Barat ke pedalaman yang menguak berbagai problem keadilan sosial yang kerap tidak diketahui publik.

Anggota DPD RI Maria Goreti S.Sos, M.Si mengatakan bahwa dokumentasi itu adalah gambaran nyata, “Bukan keadaan yang direkayasa.” Anggota Penyatu PMKRI Yogyakarta itu mengajak peserta lebih mendalami secara reflektif kondisi masyarakat mereka dan bersama berperan mengurainya.

Maria Goreti menyadari keterbatasannya sebagai anggota DPD RI. Namun, kewenangan terbatas itu tidak menjadi soal selama ia memiliki gerak yang lebih luwes dalam menyerap dan memperjuangkan kepentingan daerah yang diwakilinya.

Dia mengajak peserta untuk berpikir kritis dan melatih diri sebab pada mereka kepemimpinan daerah kelak akan dialihkan. Melihat peluang regenerasi kepemimpinan, dia meminta peserta melatih diri secara baik agar kelak dapat memimpin.

Di akhir acara, Maria Goreti membagikan buku tentang perjalanan dan wajah-wajah rakyat yang dia ditemui. “Rakyat juga pantas untuk diakui dan diangkat eksistensinya. Melalui buku sederhana itu, kita diajak melihat potret masyarakat kita yang sesungguhnya.”

Seorang peserta dari Universitas Sanata Dharma yang tergabung dalam Pakat Dayak menuturkan aksi mereka dalam melakukan kritik terhadap isu ketidakadilan di Kalimantan Barat melalui gerakan #saveborneo.

Setelah mendengar berbagai masukan dan berdiskusi, peserta dari berbagai kabupaten berbeda di Kalimantan Barat itu mendorong upaya lebih lanjut dari semua pihak terkait dalam mengupayakan penyelamatan hutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Menurut inisiator dan kordinator Jangkar Nusantara,  Thomas Robiana Sembiring, gerakan itu awalnya digagas oleh beberapa mahasiswa Katolik di Yogyakarta untuk menindaklanjuti semangat The First International Meeting of Young Catholics for Social Justice di Roma, Maret lalu. “Semangat gerakan internasional kaum muda Katolik itu mendorong pembaharuan masyarakat melalui injil dan Ajaran Sosial Gereja yang menyangkut isu sosial,” katanya.***